Pages

10 December 2009

Dunia Baru, Sebuah Definisi untuk Masa Depan

Menjelang akhir siklus kalender Maya pada 2012, semakin banyak orang membicarakan dan berpandangan tentang konsep dunia baru. Banyak yang melihat tahun 2012 mendatang sebagai sinyal berakhirnya dunia lama, sekaligus menjadi awal bagi munculnya dunia baru dalam skala besar. Tapi apakah dunia baru itu?

Dunia baru bukanlah suatu tempat, karena berada di luar ruang dan waktu. Dunia lama berada dalam dimensi ketiga, dalam ruang dan waktu. Sedangkan dunia baru berada di dimensi kelima, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Dalam dunia lama, suatu persepsi yang terhalang dan kurangnya pemahaman penuh menciptakan pengalaman-pengalaman ilusif yang sepertinya diluar kendali. Dunia baru diciptakan dengan menghancurkan berbagai ilusi dan dengan memahami sejatinya diri Anda. Tingkat keberadaan dunia baru memungkinkan Anda secara sadar menciptakan realitas pribadi. Andalah yang memegang kendali, memikul tanggung jawab penuh atas segalanya dalam hidup Anda. Dalam dunia baru, hidup mengalir sebagaimana adanya dan sempurna.

Jika definisi tersebut cukup membingungkan, mungkin dapat saya tambahkan sedikit disini bahwa, dunia baru bukanlah hal yang sama sekali baru. Berbagai tradisi religius telah menceritakan tentang hal ini. Yeshua (Yesus/Isa) telah memperkenalkan dan mengajarkan konsep "Kerajaan Allah" yang tidak lain adalah konsep dunia baru yang sama.

Dunia baru pada dasarnya adalah dunia yang diciptakan oleh individu-individu yang terbangun secara spiritual, atau mungkin dalam istilah religius dikenal lahir kembali dari Roh, menjadi buddha, dsb. Dunia baru adalah "Surga di Bumi", "Kerajaan Allah di Bumi" atau sebuah Utopia.

Sebelum dunia baru dapat diwujudkan, telebih dahulu harus direalisasi dari dalam. Agar sesuatu termanifestasi, pertama-tama harus ada di dalam lingkungan internal sang individu. Dunia baru bukan suatu tempat yang ada di luar, dunia baru berada di dalam dirimu saat ini. "Kerajaan Allah bukan ada di sana atau di sini, tapi berada di dalam dirimu." - Yeshua.

Dalam dunia baru terdapat perdamaian global, lingkungan yang mendukung, kesadaran akan cinta kasih, sinkronisitas, dan tiada lagi negativitas atau kekhawatiran-kekhawatiran.

"Berbagai bencana tragis yang terjadi di planet kita ini merupakan 'panggilan untuk bangun dari tidur' (wake up calls), yang memaksa kita secara individual untuk berpaling ke dalam, dan mengembangkan berbagai model pendekatan hidup yang lebih sensitif, penuh kesadaran dan cinta kasih. Sensitivitas yang lebih dalam ini telah membangkitkan "manusia baru" di dalam diri kita semua. Seorang manusia yang selaras dengan Ilahi di dalam, dibimbing oleh intuisi mereka, dan dicerahkan oleh kesadaran dirinya masing-masing. Sebagaimana dunia terus berupaya untuk membangunkan kita, jumlah orang-orang yang tercerahkan secara alami akan berlipat ganda, dan pada waktunya secara kolektif akan menciptakan sebuah Dunia Baru. Pencerahan global ini untuk pertama kalinya akan menciptakan fondasi perdamaian yang kokoh di planet ini. Planet kita sedang dan akan melahirkan jutaan orang yang hidup dari hati dan berpikiran terbuka, dan tiada yang akan melewatkan episode pencerahan besar ini."
- Jafree Oswald, dikutip dari kontribusinya berjudul The New World untuk e-book "Future of the New Earth".

Disadur dari The New Earth: A Definition for Your Future oleh Jason Randhawa, disertai beberapa tambahan pribadi.

Jason telah mengkompilasi berbagai kajian pakar dan interview mengenai berbagai aspek Transformasi Dunia Baru ke dalam buku yang diberi judul "The Future of the New Earth: A New Vision for Your Reality".
Info lebih lanjut silakan kunjungi situs: http://www.futureofthenewearth.com

19 November 2009

Virus of Love

If each mortal could only become a focus of dynamic affection, this benign virus of love ... that would be the realization of the brotherhood of man.

- The Urantia Book, P. 1098:3, 100:4.6

19 October 2009

Eksoterik dan Esoterik

Orang yang religiusnya dalam pandangan religiusnya juga luas. Ini perbedaanya dibandingkan dengan pengalaman keagamaan eksoterik yang sifatnya kanak-kanak, percaya saja apa yang disodorkan. Itu adalah orang-orang yang puas dengan kisah-kisah dan ritus-ritus keagamaan mainstream. Mereka sungguh mengasihi Tuhannya, akan tetapi tak butuh apa-apa lagi, mereka sudah terpuaskan dan terpenuhi.

Inayat Khan mengatakan, "Ini adalah mainan kerincingan yang diberikan kepada anak kecil untuk membuatnya tenang ketika menangis minta permen... bagi mereka kitab adalah lebih penting daripada hati yang menyala."
Beliau mengajarkan bahwa kepatuhan yang membuta terhadap kitab apapun menjadikan agama manapun kehilangan roh. Orang yang terpaku pada eksoterik mengambil ajaran-ajaran yang diberikan secara literal. Mereka harus mengikuti aturannya secara baku.

Kalangan esoterik, walau seringkali juga bahagia dalam kepercayaan, ritual dan tempat ibadah yang seragam, telah tumbuh dewasa dalam kepercayaannya. Mereka tidak hanya melakukan ritual atau menghadiri ibadah karena seseorang menyuruhnya, tetapi mereka benar-benar meresapi. Mereka "mengalami" ajaran-ajaran mistik dari Lao Tse, Buddha, Yesus, dan Muhammad. Mereka adalah orang-orang yang mengalami Ketuhanan terlepas dari bentuknya.

Saya pikir seseorang yang religius (atau spiritual) -benar-benar religius- adalah seorang yang mistik. Para mistikus adalah orang yang memiliki pengalaman-pengalaman religius. Kepercayaan bukan sesuatu yang dapat dipelajari, tapi sesuatu yang Anda rasakan.

Seorang esoterik, mistikus, merupakan orang yang dalam kepercayaan religiusnya. Kalangan eksoterik adalah orang-orang percaya, mereka berhubungan dengan Tuhan, tapi hubungan ini masih sedalam kulit luar, tidak terasa dalam hati, dengan kata lain, belum matang. Betapapun baiknya perayaan-perayaan dan ritual eksoterik, hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

Dr. Paul F. Knitter mengutip gurunya Karl Rahner, "di masa depan, kecuali orang-orang Kristen menjadi mistikus, mereka tidak akan bertahan.. atau, Kekristenan tidak akan bertahan."
Agama eksoterik hingga kini sudah disalahgunakan untuk memanipulasi masyarakat. Pilih tunduk kepada dogma, atau kita berperang. Di masa lalu ini telah menjadi taktik para pemimpin Nazi, menggunakan cerita-cerita yang familiar dalam propaganda mereka merayu masyarakat untuk tunduk percaya. Para pemimpin agama kita saat ini tidak jauh berbeda dalam menggunakan taktik ini. Kecuali kalangan Kristen memasuki kepada pengalaman mistik akan Kristus dan Roh, mereka tidak memiliki kekuatan maupun kebebasan dalam kelangsungannya dengan gereja, atau agama.

Saat ini sedang terjadi reformasi dalam pemikiran religius. Banyak orang yang tidak puas dengan apa yang mereka lihat, dengar, dan pelajari dalam kelompok-kelompok mainstream. Sehingga mereka mencari-cari makna yang lebih dalam di tempat lain. Misalnya, banyak kalangan muda Yahudi meninggalkan kelompok Ortodoks mereka dan menuju keyakinan mistik seperti Tibetan Buddhism, Wicca, atau kelompok spiritual lainnya.

Cukup mengejutkan ketika menemukan kelompok-kelompok baru ditemukan oleh seseorang yang sebelumnya mencari lebih dari apa yang dia terima. Seorang yang dihakimi, dipenjara, dikucilkan atas kepercayaan "sesatnya" dapat kemudian membentuk perkumpulan, gereja, maupun aliran agama baru. Kasus yang sama terjadi dalam Protestanisme yang ditemukan Luther. Tampaknya, awal spiritualitas dari beberapa gereja berangkat dari "ritual-ritual kosong" yang bahkan Buddha Gautama kritisi dan memberontak darinya di masa lalu. Oleh karenanya, banyak gereja-gereja jatuh ke dalam permasalahan yang para penemunya sebenarnya ingin hindari.

Saya yakin bahwa pembaharuan keagamaan yang sedang berkembang saat ini merupakan hasrat orang-orang yang ingin bersentuhan dengan Roh, yang telah hilang dalam dogma-dogma dan retorika yang telah dijejalkan kepada mereka dalam organisasi-organisasi mainstream. Mereka menemukan pengalaman mistikal dalam berbagai tempat lain atau membuat jalan mereka sendiri sebagaimana secara historis para pemimpin mainstream telah mencapainya.

(disadur dari posting artikel oleh Nan di forum Universal Life Church.)

04 August 2009

God Depends on You!

I can't think of a more pertinent spiritual revelation or transformative message for any seeker, especially for us narcissistic, self-concerned postmoderns, than this one: God depends on you! After all, how else could we ever truly liberate ourselves from the all-consuming distraction of our own culturally conditioned egotism and selfishness than through the overpowering recognition that without our personal cooperation and participation that which is highest will not be able to enter into this world?

~ Andrew Cohen

09 June 2009

love everything

"Love the animals, love the plants, love everything. If you love everything, you will perceive the divine mystery in things. Once you perceive it, you will begin to comprehend it better every day. And you will come at last to love the whole world with an all-embracing love."
~ Fyodor Dostoyevsky

15 April 2009

God as a Father

When once you grasp the idea of God as a true and loving Father, the only concept which Jesus ever taught, you must forthwith, in all consistency, utterly abandon all those primitive notions about God as an offended monarch, a stern and all-powerful ruler whose chief delight is to detect his subjects in wrongdoing and to see that they are adequately punished.
~ The Urantia Book, P.2017:3

10 March 2009

The New Face of God

In most forms of mysticism, to be aware of God means that one has awakened to timeless Being—to that unchanging dimension of reality that transcends the creative process. But there is also a new and emerging face of God—one that appears not through awakening to Being but through awakening to Becoming, through discovering the very energy and intelligence that initiated the creative process and that is driving it at all levels in each and every moment. When we become conscious of this evolutionary impulse, we are awakening directly to the new face of God. And this new emergence expresses itself through the human form as an awakened heart and mind that is choicelessly compelled to create the future.
~ Andrew Cohen

18 February 2009

Maturity

The evidence of maturity consists in the transformation of human desire so that it constantly seeks for the realization of those values which are highest and most divinely real.
~ Urantia Book P. 1774:5, 160:1.13

07 February 2009

melepas

seorang muda, berjalan kaki mengikuti ruas jalan yang terbentang.
pundaknya menahan sebuah bungkusan kain besar, yang berisi berbagai jenis buku pencerahan dan pengetahuan, namun ia tampak sangat lelah.

ketika sampai pada jalan yang melintasi aliran sungai, airnya cukup deras mengalir. ia berhenti sejenak saat pandangannya tertuju pada sebuah buku yang tergeletak di pinggir sungai. sedikit lusuh dan lembab.
mendekat, dia mencoba melirik judul buku itu: sepuluh sapi jantan.

ah, buku menarik yang belum pernah kubaca, pikirnya.

pada saat membungkuk untuk memungut buku tersebut, kain yang dipikulnya sobek dan isinya berhamburan, sebagian besar jatuh di sungai dan terbawa arus.

oh, tidak! dia terkejut bukan main. serta merta berupaya menyelamatkan apa saja buku yang dapat diraihnya, namun hanya sedikit tersisa.

...

dalam perasaan sedih yang mendalam akan kehilangan itulah, dirinya menemukan keringanan, kelegaan, dan kekuatan yang memberi semangat baru.

kini dirinya dapat dengan ringan dan cepat menapaki jalan.

dengan melepas segala bentuk kemelekatan, dia lebih cepat menemukan tujuannya, melampaui dualitas.

28 January 2009

Cinta vs. Takut

Seorang kakek bercerita kepada cucunya,

"Nak, aku memiliki dua ekor harimau yang terkurung dalam diriku. Yang satu adalah cinta. Yang lain adalah takut. Mereka terus-menerus melawan satu sama lain."

Kemudian sang cucu bertanya, "Yang mana yang akan menang, kakek?"

Orang tua itu menjawab, "Yang selalu aku beri makan."

12 January 2009

The Purpose of Higher-State Experiences

In the early stages of our own spiritual development, we are dependent upon the experience of euphoric states to be able to see, feel, and know that higher potentials really do exist. The bliss and ecstasy of those states temporarily breaks the deep and often unconscious shackles of postmodernity: nihilism, cynicism, narcissism, and materialism. It frees our awareness to expand in all directions, to embrace not only the outer limits but also the innermost core of our larger body, the entire Kosmos. When we share that liberating existential clarity with others, a truly enlightened perspective emerges. Together we can see and feel, directly cognize, and intuit a glorious future that is possible to create here and now, in the present moment—not as a remote ideal but as the most screamingly imminent potential imaginable.
~ Andrew Cohen,
taken from Andrew Cohen's recent blog post From Spiritual Intoxication to Spiritual Evolution.